Sayup terlihat terminal penumpang nusantara
Sementara Jakarta makin tersamar oleh kabut jelaga
Tatkala hati gamang antara kerinduan dan kemuakan
Wajah ibu dan tai lalat Megawati
Senyum ayah dan kopiah Habibie
Kawan lama dan proses perhitungan suara
Kini,
Gedung angkuh menonjok angkasa
Apartemen, mal, plasa, dan jalan tol dalam
Menara kaca menyilaukan mata
Asap knalpot dan debu jalan mengedarkan timbal dan influenza
Jakarta berubah sekarang, makin arogan…
Barikade jalan, kawat berduri, tameng PPRM dan PHH
Peluru hampa, peluru karet, peluru tajam, gas airmata
Berserakan di jalan-jalan protokol ibukota
Di mana-mana laras senapan dan panser lapis baja
Mengarah dengan galak ke wajah rakyat dan mahasiswa
Lagaknya seperti orang kaya yang tak kehabisan
Banyak tingkah di depan kaum papa
Seolah mengejek, menertawakan kemelaratan
Jauh sebelum Pangeran Jayakarta merebut Sunda Kelapa
Sebelum berganti nama dari
Tak ada yang pernah mendengar satu
No comments:
Post a Comment